MANAJEMEN KESISWAAN BERBASIS SEKOLAH
Pendahuluan
Kepala sekolah memegang peranan penting
dalam mengelola sekolah. Ia bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
berlangsungnya proses pembelajaran di suatu sekolah. Seorang kepala sekolah
dituntut untuk mampu memberiakan ide-ide cemerlang, memprakarsai pemikiran yang
baru di lingkungan sekolah dengan melakukan perubahan maupun penyesuaian
tujuan, sasaran dari suatu program pembelajaran.
Sebagai pemimpin seorang kepala sekolah
dituntut untuk dapat menjadi seorang inovator. Oleh sebab itulah kualitas
kepemimpinan kepala sekolah sangat signifikan sebagai kunci keberhasilan bagi
proses pembelajaran yang berlangsung di suatu sekolah.
Ada beberapa elemen penyelenggaraan
pendidikan yang harus selalu dibina oleh kepala sekolah yang dikemukakan oleh
Wahjosumidjo yang terangkum dalam bukunya Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan
Teoritik dan Praktik yang meliputi program pengajaran, sumber daya manusia,
sumber daya yang bersifat fisik dan hubungan kerja sama antara sekolah dengan
masyarakat.[1] Inilah elemen penyelenggaraan pendidikan yang harus selalu
mendapatkan perhatian dari kepala sekolah demi tercapainya tujuan suatu lembaga
pendidikan.
Di antara unsur sumber daya manusia yang
harus diberdayakan oleh seorang kepala sekolah adalah kelompok siswa. Untuk
meningkatkan mutu pendidikan suatu sekolah, kepala sekolah dituntut untuk mau
dan mampu melakukan upaya pengembangan pengelolaan sekolah seperti dengan
melakukan manajemen kesiswaan. Agar pengelolaan kesiswaan berhasil dengan baik,
seorang kepala sekolah harus menyusun serangkaian kegiatan yang berhubungan
dengan manajemen kesiswaan. Inilah fokus pembahasan makalah singkat ini yang
ingin membahas tentang manajemen kesiswaan dan hal-hal yang berhubungan
dengannya.
Pengertian dan Konsep Manajemen Kesiswaan
Manajemen
peserta didik menduduki tempat yang sangat penting. Dikatakan demikian oleh
karena sentral layanan pendidikan di sekolah ada pada peserta didik. Semua
kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan dengan manajemen pengajaran,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan hubungan sekolah dengan
masyarakat maupun layanan kusus pendidikan, diarahkan agar
peserta didik mendapatkan pelayanan
yang baik.
Menurut Knzevich manajemen peserta didik (pupil personnel administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian diluar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseleruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang sekolah.
Jadi manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Yang diataur secara langsung adalah segi-segi yan berkenaan dengan peserta didik secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan dengan peserta didik secara tidak langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik.
Menurut Knzevich manajemen peserta didik (pupil personnel administration) sebagai suatu layanan yang memusatkan perhatian diluar kelas seperti: pengenalan, pendaftaran, layanan individual seperti pengembangan keseleruhan kemampuan, minat, kebutuhan sampai ia matang sekolah.
Jadi manajemen peserta didik dapat diartikan sebagai usaha pengaturan terhadap peserta didik mulai dari peserta didik tersebut masuk sekolah sampai dengan mereka lulus sekolah. Yang diataur secara langsung adalah segi-segi yan berkenaan dengan peserta didik secara langsung, dan segi-segi lain yang berkaitan dengan peserta didik secara tidak langsung. Pengaturan terhadap segi-segi lain selain peserta didik dimaksudkan untuk memberikan layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik.
Tujuan manajemen kesiswaan adalah
untuk mengatur kegiatan dalam bidang kesiswaan agar proses belajar mengajar di
sekola berjalan lancar, tertib, teratur dan tercapapai apa yang menjadi tujuan
pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan meliputi perencanaan kesiswaan,
penerimaan siswa baru, pengelompokan siswa, kenaikan kelas, penjurusan, dan
perpindahan siswa intra sekolah.
Kegiatan perencanaan kesiswaan meliputi sensus sekolah, yaitu mencatat
usia anak-anak. Usia umur sekolah di pakai sebagai dasar untuk membagi-bagikan
daerah penyebaran bagi pendirian suatu sekolah. Seluruh kegiatan sensus sekolah
dapat difungsikan untuk berbagai hal yaitu:
1.
Menetapkan
perlunya perencanaan Jumlah dan lokasi
sekolah.
2.
Menetapkan
beberapa batas daerah penerimaan siswa
di suatu sekolah.
3.
Mempersiapkan
fasilitas pengangkutan.
4.
Memproyeksikan
layanan program pendidikan bagi sekolah yang memerlukan.
5.
Menata
kewajiban belajar dan undang-undang tenaga kerja bagi anak-anak.
6.
mpersiapkan
fasilitas penidikan khusus.
7.
Menganalisa
tingkat dan laju pertumbuhan umur usia sekolah pada suatu daerah tertentu.
8.
Membuat
rayonisasi bagi anak yang akan masuk atau dari sekolah kesekolah lain.
9.
Merekam
informasi mengenai jumlah dan pertumbuhan sekolah swasta.
10. merekam dari berbagai sumber
mengenai sumbangan masyarakat terhadap kemajuan sekolah.
Dalam kegiatan penerimaan siswa baru bergantung pada jumlah kelas atau fasilitas tempat duduk yang tersedia di sekolah. Kegiatan kesiswaan selanjutnya yang perlu dilaksanakan ialah pengelompokan siswa. Pengelompokan siswa diadakan dengan maksud agar pelaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di sekolah bisa berjalan lancar, tertib, dan bisa tercapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah diprogramkan.
Ada beberapa jenis pengelompokan siswa, diantaranya yang dilaksanakan ialah:
1. Pengelompokan dalam kelas-kelas.
2. Pengelompokan dalam bidang studi.
3. Pengelompokan berdasarkan spesialisasi.
4. Pengelompokan dalam sistim kredit.
5. Pengelompokan berdasarkan kemampuan.
Dalam kegiatan ini kepala sekolah membentuk panitia atau menunjuk beberapa orang guru untuk bertanggung jawab dalam tugas tersebut.
Keberhasilan, kemajuan, dan prestasi belajar para siswa memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki keabsahan. Data ini diperlukan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau prestasi kepala sekolah sebagai manajer pendidikan di sekolahnya. Kemajuan belajar siswa ini secara pereiodik harus dilaporkan kepada orang tua, sebagai masukan untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing anaknya belajar, baik di rumah maupun di sekolah.
Jadi tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek sosial emosional, di samping ketrampilan-ketrampilan lain. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak-anak yang bermasalah, baik dalam belajar, emosional, maupun sosial, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan data yang lengkap tentang peserta didik. Untuk itu di sekolah perlu dilakukan pencatatan dan ketatalaksanaan kesiswaan, dalam bentuk buku induk, buku laporan keadaan siswa, buku presensi siswa, buku rapor, daftar kenaikan kelas, buku mutasi dan sebagainya.
Ungkapan manajemen kesiswaan terdiri dari
dua kata yaitu manajemen dan kesiswaan. Penulis tidak lagi mendiskripsikan
pengertian manajemen dalam makalah ini mengingat pada makalah sebelumnya yang
berjudul manajemen personalia telah dibahas secara terperinci dan jelas
pengertian manajemen. Sementara itu yang dimaksud dengan kesiswaan ialah segala
sesuatu yang menyangkut dengan peserta didik atau yang lebih populer dengan
istilah siswa.[2]
Dengan demikian manjemen kesiswaan
memiliki pengertian suatu proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan
siswa di suatu sekolahmulai dari perencanaan, penerimaan siswa, pembinaan yang
dilakukan selama siswa berada di sekolah, sampai dengan siswa menyelesaikan
pendidikannya di sekolah melalui penciptaan suasana pembelajaran yang kondusif
dan konstruktif terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar atau
pembelajaran yang efektif.[3]
Dengan kata lain
manajemen kesiswaan merupakan keseluruhan proses penyelenggaraan usaha
kerjasama dalam bidang kesiswaan dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran di
sekolah.
Adapun manajemen kesiswaan itu sendiri
memiliki tujuan mengatur kegiatan-kegiatan dalam bidang kesiswaan agar proses
pembelajaran yang dilaksanakan di suatu sekolah dapat berjalan dengan lancar,
tertib dan teratur sedemikian rupa sehingga apa yang menjadi tujuan utama dari
suatu program pembelajaran di sekolah
Tanggung
Jawab Kepala Sekolah dalam Manajemen Kesiswaan
Tanggung jawab kepala sekolah secara garis besar yang berhubungan dengan manajemen kesiswaan adalah memberikan layanan kepada siswa dengan cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien.
Tanggung jawab kepala sekolah secara garis besar yang berhubungan dengan manajemen kesiswaan adalah memberikan layanan kepada siswa dengan cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya secara efektif dan efisien.
Adapun kegiatan yang harus dilakukan oleh
kepala sekolah dalam manajemen kesiswaan dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian utama, yaitu kegiatan penerimaan siswa, pembinaan siswa dan pemantapan
kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa melalui program di sekolah.
Penerimaan siswa merupakan proses pendataan dan pelayanan kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut. Kegiatan ini mewarnai kesibukan sekolah menjelang tahun ajaran baru, dimana kepala sekolah perlu membentuk semacam kepanitiaan yang dijadikan sebagai penerima siswa baru.
Penerimaan siswa merupakan proses pendataan dan pelayanan kepada siswa yang baru masuk sekolah, setelah mereka memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut. Kegiatan ini mewarnai kesibukan sekolah menjelang tahun ajaran baru, dimana kepala sekolah perlu membentuk semacam kepanitiaan yang dijadikan sebagai penerima siswa baru.
Dalam hal ini kepala sekolah dapat
berpedoman pada pedoman penerimaan siswa baru yang dikeluarkan oleh Dirjen
Pendidikan Dasar dan Menengah. Kegiatan selanjutnya setelah penerimaan siswa
baru adalah pendataan siswa.
Data ini sangat diperlukan untuk
melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan jika siswa menemui kesulitan
dalam belajar, memberi pertimbangan terhadap prestasi belajar siswa, memberikan
saran kepada orang tua tentang prestasi belajar siswa, pindah sekolah dan lain
sebagainya.[4] Selain hal tersebut di atas ada beberapa kegiatan yang lain yang
harus dilakukan ketika penerimaan siswa baru yaitu meliputi; penetapan daya
tampung sekolah, penetapan syarat-syarat bagi calon siswa untuk dapat diterima
di sekolah yang bersangkutan dan pembentukan panitia penerimaan siswa baru.[5]
Kegiatan selanjutnya yang harus dilakukan
oleh kepala sekolah dalam kaitannya dengan manajemen kesiswaan ialah pembinaan
siswa. Pembinaan siswa adalah pembinaan layanan kepada siswa baik didalam
maupun di luar jam pelajarannya di kelas. Dalam pembinaan siswa dilaksanakan
dengan menciptakan kondisi atau membuat siswa sadar akan tugas-tugas belajar
mereka. Dalam hal ini langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang kepala
sekolah adalah memberikan orientasi kepada siswa baru, mengatur dan mencatat
kehadiran siswa, mencatat prestasi dan kegiatan yang diraih daan dilakukan oleh
siswa dan mengatur disiplin siswa selaku siswa
Di samping itu seorang kepala sekolah juga
dituntut untuk melakukan pemantapan program siswa. Hal ini berkaitan dengan
selesainya belajar siwa. Apabila siswa telah selesai dan telah menamatkan
studinya, lulus semua mata pelajaran dengan memuaskan, maka siswa berhak
mendapatkan surat tanda tamat belajar dari kepala sekolah. Untuk mencapai dan
melaksanakan tugas-tugas tersebut, seorang kepala sekolah selaku pengelola
sekolah harus melakukan hal-hal berikut ini yaitu meliputi pengelolaan
perencanaan kesiswaan, mengadakan pembinaan dan pengembangan kegiatan siswa
serta mengevaluasi kegiatan ekstra kurikuler.
Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah
sehubungan dengan perencanaan kesiswaan meliputi sensus sekolah, yaitu berupa
pendataan anak-anak usia sekolah yang diperkirakan akan masuk sekolah. Hal ini
akan mempengaruhi penetapan persyaratan penerimaan siswa baru, disamping sensus
sekolah juga penting dilaksanakan untuk menentukan daya tampung sekolah. Selain
sensus sekolah, kepala sekolah juga harus menentukan jumlah siswa yang akan
diterima, penerimaan siswa, pengelompokan, kenaikan kelas, mutasi siswa,
kemajuan belajar siswa, pencatatan siswa dan registrasi serta pelaporan hasil
belajar.
Pada bidang pembinaan dan pengembangan
kesiswaan tugas seorang kepala sekolah ialah menciptakan kondisi atau membuat
siswa sadar akan tugas-tugas belajarnya. Pembinaan kesiswaan merupakan
pemberian layanan kepada siswa baik di dalam maupun di luar jaam belajar
mereka. Dalam melakukan pembinaan dan pengembangan siswa, kepala sekolah harus
senantiasa memperhatikan hak dan kewajiban siswa, seperti; mendapat perlakuan
sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan mereka, hak untuk memperoleh penddikan
agama sesuai dengan agama yang dianutnya, hak untuk mengikuti program
pendidikan yang bersangkutan atas dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk
mengembangkan kemampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan
tertentu yang telah dibakukan dan sebagainya. Selain hak-hak tersebut, siswa
juga memiliki kewajiban untuk ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan,
kecuali siswa yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
yang berlaku, menghormati tenaga pendidikan dan siswa juga berkewajiban untuk mematuhi
peraturan yang berlaku.
Adapun hal-hal yang dapat dilakukan dalam
rangka pembinaan kesiswaan meliputi pemberian orientasi kepada mahasiswa baru,
pengaturan dan pencatatan kehadiran siswa. Kegiatan ini merupakan kegiatan dan
tugas yang sangat esensial dalam pengelolaan kesiswaan, karena kehadiran siswa
merupakan syarat untuk memperoleh ilmu pengetahuan daan mendapatkan pengalaman
belajar. Ada beberapa alat yang digunakan untuk mencatat kehadiran siswa
seperti, papan absensi harian siswa per kelas dan per sekolah, buku absensi
harian siswa dan rekapitulasi absensi siswa.
Hal lain yang juga dapat dilakukan untuk
pembinaan kesiswaan ialah mencatat prestasi dan kegiatan siswa berupa daftar
siswa di kelas, grafik prestasi belajar dan daftar kegiatan siswa. Di samping
itu juga dapat dilakukan pengaturan disiplin siswa di sekolah, karena disiplin
merupakan suatu keadaan dimana sikap, penampilan dan tingkah laku siswa sesuai
dengan tatanan nilai, norma dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di sekolahdaan
di kelas dimana mereka berada.
Dalam kerangka peningkatan disiplin, siswa
dapat mengupayakan dan berusaha untuk melakukan hal-hal berikut seperti; hadir
di sekolah 10 menit sebelum pelajaran dimulai, mengikuti semua kegiatan belajar
mengajar dengan aktif, mengerjakan tugas dengan baik, mengikuti kegiatan ekstra
kurikuler yang dipilihnya, memiliki kelengkapan belajar, mematuhi tata tertib
sekolah, tidak meninggalkan sekolah tanpa izin dan lain-lain yang dapat
meningkatkan disiplin siswa.[6]
Di samping itu, dapat juga dilakukan
hal-hal lain dalam rangka pembinaan kesiswaan seperti pengaturan tata tertib
sekolah karena tata tertib merupakan salah satu alat yang dapat digunakan oleh
kepala sekolah untuk melatih siswa agar dapat mempraktikkan disiplin; pemberian
promosi dan mutasi seperti dengan adanya kenaikan kelas yang merupakan
perpindahan dari satu kelas ke kelas lainnya yang lebih tinggi setelah melalui
persyaratan tertentu yang telah dibuat dan norma tertentu juga yang telah
ditetapkan oleh sekolah. Sementara mutasi merupakan perpindahan siswa dari satu
sekolah ke sekolah lainnya karena alasan tertentu. Mutasi harus dilakukan
dengan prosedur tertentu dan mekanisme tertentu pula serta harus dicatat pada
dua sekolah, sekolah asal dan sekolah yang dituju.
Kegiatan selanjutnya yang juga dapat
dilakukan dalam rangka pembinaan kesiswaan adalah pengelompokan siswa. Kegiatan
pengelompokan siswa merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan setelah seorang
siswa dinyatakan lulus dan boleh mengikuti program pembelajaran di sekolah
tertentu. Kegiatan pengelompokan ini dimaksudkan agar tujan yang telah
ditetapkan dalam proses pembelajaran dapat tercapai secara optimal dengan
efektif dan efisien. Wujud dari kegiatan pengelompokan ini ialah pembagian siswa
kedalam kelas-kelas maupun kelompok belajar tertentu dengan alasan dan
pertimbangan tertentu seperti tingkat prestasi yang dicapai sebelumnya dan lain
sebagainya.
Selain pengembangan dan pembinaan siswa
yang ditinjau dari segi kokurikuler juga ada kegiatan ekstra kurikuler.
Kegiatan kokurikuler bertujuan agar siswa lebih mendalami dan menghayati bahan
yang dipelajari dalam kegiatan intra kurikuler. Kegiatan tersebut dapat
dilaksanakan baik secara perorangan maupun secara kelompok, dalam bentuk pekerjaan
rumah ataupun tugas-tugas lain yang menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran
dengan tatap muka.
Sementara itu kegiatan ekstra kurikuler
merupakan kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran, baik itu dilakukan di
sekolah maupun diluar sekolah namum masih dalam ruang lingkup tanggung jawab
kepala sekolah. Kegiatan ekstra kurikuler ini bertujuan untuk memperkaya dan
memperluas wawasan pengetahuan siswa mendorong pembinaan nilai dan sikap mereka
demi untuk mengembangkan minat dan bakat siswa. Siswa dalam hal ini dapat
memilih kegiatan ekstra kurikuler yang mana yang ia minati yang sesuai dengan
kecenderungan jiwa mereka. Kegiatan ekstra kurikuler ini mengutamakan pada
kegiatan kelompok.
Ada beberapa hal yang perlu dan harus
diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler seperti; meningkatkan
aspek pengetahuan, sikap dan keterampilam siswa, mendorong bakat dan minat
mereka, menentukan waktu, obyek kekuatan sesuai dengan kondisi lingkungan.
Selain itu kegiatan ekstra kurikuler dapat dilakukan dalam berbagai bentuk
kegiatan seperti; kepramukaan, usaha kesehatan sekolah, patroli keamanan
sekolah, peringatan hari-hari besar agama dan nasional, pengenalan alam
sekitarnya, oleh raga dan lain sebagainya.
Apabila manajemen kesiswaan kita hadapkan
pada konteks sekarang, maka kesiapan siswa dalam menghadapi tantangan-tantangan
kontemporer tentu jauh lebih berat bila dibandingkan dengan era yang dihadapi
oleh siswa pada dasa warsa sebelumnya. Siswa dihadapkan pada tantangan global
yang meliputi aspek sosial, ekonomi, budaya dan teknologi yang mengitarinya.
Mengutip pernyataan Suyanto dan Djihad Hisyam dalam bukunya Refleksi dan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Memasuki Mileniaum III, abad ke 21 menyodorkan lingkungan sosial yang sangat berbeda dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan teknologi pada abad sebelumnya. Padahal lingkungan yang mengelilingi anak-anak kita tersebut akan sangat dominan pengaruhnya terhadp pembentukan prilaku, kepribadian maupun moralitas.[7]
Mengutip pernyataan Suyanto dan Djihad Hisyam dalam bukunya Refleksi dan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Memasuki Mileniaum III, abad ke 21 menyodorkan lingkungan sosial yang sangat berbeda dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya dan teknologi pada abad sebelumnya. Padahal lingkungan yang mengelilingi anak-anak kita tersebut akan sangat dominan pengaruhnya terhadp pembentukan prilaku, kepribadian maupun moralitas.[7]
Dalam kerangka pendidikan anak-anak, kita
perlu mengantisipasi berbagai persoalan yang mungkin dihadapi oleh mereka dalam
menyongsong milenium ke 3 ini.
Untuk membahas jalan keluar dari
permasalahan tersebut, maka dalam manajemen kesiswaan perlu adanya usaha untuk
meminimalisir gejala-gejala tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mencoba
untuk mensiasati perkembangan siswa saat ini karena siswa merupakan bagian
terbesar dari generasi muda yang akan menjadi penerus perjuangan dan cita-cita
bangsa. Untuk mensiasati perkembangan siswa tersebut, diperlukan metode dan
strategi yang perlu dipahami dan diterapkan dalam proses manajemen pendidikan.
Pembinaan kesiswaan mempunyai nilai yang
strategis, di samping sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan sumber
daya manusia masa depan, sasarannya adalah anak usia 6-18 tahun, suatu tingkat
perkembangan usia anak, dimana secara psikis dan fisik anak sedang mengalami
pertumbuhan, suatu periode usia yang ditandai dengan kondisi kejiwaan yang
tidak stabil, agresifitas yang tinggi dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan.[8]
Guna mengantisipasi kompleksitas permasalah tersebut diperlukan pembinaan anak usia sekolah dengan profesional yang di dalamnya mengandung berbagai nilai, seperti peningkatan mutu gizi, perilaku kehidupan beragama dan perilaku terpuji, penanaman rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian, peningkatan daya cipta, daya analisis, prakarsa dan daya kreasi, penumbuhan kesadaran akan hidup bermasyarakat, serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga diharapkan anak nantinya akan menjadi sosok yang siap dan tahan banting menghadapi kompleksitas tantangan perkembangan zaman yang semakin pesat.
Sebagai akhir dari pembahasan ini penulis ingin mengungkapkan sebuah teks hadith yang intinya memberikan gambaran betapa urgennya membina anak, mengarahkannya sesuai dengan kemauan pendidik, sebab jika tidak tentu anak tersebut akan menjadi manusia yang lepas kendali- untuk tidak mengatakan buas- yang artinya: “Dari Abu Hurairah (ra) Rasulullah SAW bersabda: “tidak seorang anak pun yang baru lahir kecuali dia bersih, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani dan Majusi.”(HR.Bukhari).
Hadith di atas memberikan gambaran betapa anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, tinggal orang tuanyalah sebagai pendidiknya yang akan menjadikannya Yahudi, Majusi ataupun Nasrani.
Guna mengantisipasi kompleksitas permasalah tersebut diperlukan pembinaan anak usia sekolah dengan profesional yang di dalamnya mengandung berbagai nilai, seperti peningkatan mutu gizi, perilaku kehidupan beragama dan perilaku terpuji, penanaman rasa cinta tanah air, disiplin dan kemandirian, peningkatan daya cipta, daya analisis, prakarsa dan daya kreasi, penumbuhan kesadaran akan hidup bermasyarakat, serta kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga diharapkan anak nantinya akan menjadi sosok yang siap dan tahan banting menghadapi kompleksitas tantangan perkembangan zaman yang semakin pesat.
Sebagai akhir dari pembahasan ini penulis ingin mengungkapkan sebuah teks hadith yang intinya memberikan gambaran betapa urgennya membina anak, mengarahkannya sesuai dengan kemauan pendidik, sebab jika tidak tentu anak tersebut akan menjadi manusia yang lepas kendali- untuk tidak mengatakan buas- yang artinya: “Dari Abu Hurairah (ra) Rasulullah SAW bersabda: “tidak seorang anak pun yang baru lahir kecuali dia bersih, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak itu Yahudi, Nasrani dan Majusi.”(HR.Bukhari).
Hadith di atas memberikan gambaran betapa anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah, tinggal orang tuanyalah sebagai pendidiknya yang akan menjadikannya Yahudi, Majusi ataupun Nasrani.
Maka jelaslah bahwa manajemen kesiswaan
memegang pernan penting dalam menciptakan generasi masa depan yang berbudaya
dan berilmu pengetahuan serta berbasis keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Yang
Maha Pencipta.
Pengelolaan
Proses Pembelajaran
Pengelolaan proses
pembelajaran merupakan pemberdayan peserta didik yang dilakukan melalui interaksi
perilaku guru dan perilaku peserta didik, baik di ruang kelas maupun di lauar
kelas. Kegiatan mengajar pada esensinya adalah membantu seseorang untuk
mempelajarai sesuatu dan apa yang dibutuhkan.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan
utama di sekolah, sekolah memiliki kewenangan untuk memilih sendiri strategi,
metode dan teknik-teknik pembelajaran dn pengajaran yang paling efektif sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa, guru dan kondisi
nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara umum strategi atau metode
pembelajaran yang berpusat pada siswa lebih mampu memberdayakan pembelajaran
peserta didik.
Diantara
metode pembelajaran yang berpusat pada peserta didik itu antara lain :
1. Strategi
pembelajaran Quantum Learning dan Teaching
2. Strategi
pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning )
3. Strategi
pembelajaran pendekatan teknologi pembelajaran
Secara ringkas, proses
pembelajaran yang dimaksud adalah seperti yang tampak dalam bagan di bawah ini.
Proses
Pembelajaran
|
|
||||
|
|||||
Penutup
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa :
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa :
1.
manajemen kesiwaan merupakan suatu
proses pengurusan segala hal yang berkaitan dengan siswa. Ia merupakan bagian
dari tugas dari kepala sekolah yang secara garis besar memberikan layanan bagi
siswa.
2.
Manajemen kesiswaan kedudukannya sangat
urgen karena keberhasilannya akan menentukan baik buruknya generasi yang akan
akan datang.
3.
Kepala sekolah merupakan top leader atau
manajer terhadap keberhasilan pelaksanaan manajemen kesiswaan, melalui
kerjasama dengan komunitas pendidikan yang ada di sekolah
4.
Pemberdayaan siswa yang dilakukan oleh
sekolah seharusnya difokuskan kepada pemberdayaan yang berpusat pada siswa
dengan mempertimbangkan perbedaan karakteristik yang ada pada siswa.
Daftar Pustaka
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Cet. I, Jakarta, Rineka Cipta, 1996.
DEPDAGRI RI DITJEN Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Dep. Pdan K DITJEN Pendidikan Dasar dan Menengah, Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta, 1996.
Djauzak Ahmad, Petunjuk Penignkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, (Jakarta, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1993
Frans Mataheru, Managemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Penddikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, (Bandung: Dahlan, tt
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Cet. III, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996
Soerjani, Manajemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996
Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Memasuki Mileniaum III, Cet. I, Cet. I, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, 2000
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Praktik, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Cet. I, Jakarta, Rineka Cipta, 1996.
DEPDAGRI RI DITJEN Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Dep. Pdan K DITJEN Pendidikan Dasar dan Menengah, Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta, 1996.
Djauzak Ahmad, Petunjuk Penignkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar, (Jakarta, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1993
Frans Mataheru, Managemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Penddikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, (Bandung: Dahlan, tt
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Cet. III, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 1996
Soerjani, Manajemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996
Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Memasuki Mileniaum III, Cet. I, Cet. I, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, 2000
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Praktik, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999
Catatan
Kaki
[1]
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah; Tinjauan Teoritik dan Praktik, (Jakarta, Raja Grafindo Persada,
1999), hal. 22204.
[2]
Ary H. Gunawan, Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro, Cet. I,
(Jakarta, Rineka Cipta, 1996), hal. 9.
[3]
Frans Mataheru, Managemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Penddikan
bagi Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996, hal.1.
[4]
DEPDAGRI RI DITJEN Pemerintahan Umum dan Otonomi Daerah dan Dep. Pdan K DITJEN
Pendidikan Dasar dan Menengah, Pengelolaan Sekolah di Sekolah Dasar, (Jakarta,
1996), hal. 19-20.
[5]
Soerjani, Manajemen Kesiswaan, Bahan Sajian Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi
Kepala SD Daerah Binaan PEQIP se Indonesia, Malang, 1996, hal. 2.
[6]
Lihat, Djauzak Ahmad, Petunjuk Penignkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar,
(Jakarta, Ditjen Dikdasmen Depdikbud, 1993).
[7]
Suyanto dan Djihad Hisyam, Refleksi dan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia
Memasuki Mileniaum III, Cet. I, Cet. I, Yogyakarta, Adicita Karya Nusa, 2000),
hal.55.
[8]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Cet. III, (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 49-80.
[9]
Imam Bukhari, Shahih Bukhari, Juz II, (Bandung: Dahlan, tt), hal. 458.
Komentar
Posting Komentar
(Dimohon mengisi komentar demi perbaikan)